Abraham Maslow | Biografi | Perjalanan Hidup | Teori Motivasi
Dalam dunia psikologi, pasti nama Abraham Maslow sudah tidak asing lagi karena memang dikenal sebagai sosok yang cukup terkenal berkat teori – teori psikologinya. Untuk lebih lengkap mengenai siapa sosok Abraham Maslow ini, simak penjelasan berikut.
img: https://practicalpie.com/abraham-maslow/ |
Mengenal Lebih Dekat Tentang Siapa Itu Abraham Maslow
Mungkin bagi masyarakat awam masih belum paham siapa itu Abraham Maslow. Namun bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia psikologi sudah sangat familier dengan sosok yang satu ini. Beliau ini memang tokoh terkenal dalam dunia psikologi karena kesuksesan kariernya dalam dunia psikologi itu sendiri.
Tak hanya terkenal di negaranya saja yaitu Amerika Serikat, namun Abraham Maslow juga terkenal hingga ke mancanegara. Meskipun kini beliau sudah meninggal namun ilmu dan teori – teorinya dalam dunia psikologi masih sangat populer. Namun siapa sangka bahwa dibalik kepopuleran dan kesuksesan yang diraihnya ini justru memiliki masa kecil yang tidak baik. Masa kecil yang kurang bahagia dan juga perjuangan Abraham dalam meraih segala cita – cita yang penuh dengan liku justru pada akhirnya mengantarkan dirinya menuju hidup yang lebih baik dan penuh dengan kesuksesan.
Masa Kecil yang Cukup Ironis
Masa kecil seharusnya menjadi momen indah dan mengesankan karena dimasa itulah seharusnya seorang anak hidup dengan penuh kebahagiaan. Bermain bersama teman – teman, menikmati masa kanak – kanak dengan penuh keindahan dan keseruan serta hidup bersama keluarga yang bahagia dan penuh ketenangan. Masa kecil yang bahagia akan selalu dikenang sampai dewasa, begitu pula dengan masa kecil yang kurang menyenangkan.
Bisa dikatakan bahwa Abraham Maslow sendiri termasuk ke dalam anak yang kurang beruntung. Karena meskipun memiliki keluarga yang lengkap namun masa kecilnya tidak begitu menyenangkan seperti anak pada umumnya. Abraham Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York.
Sebenarnya tinggal bersama kedua orang tua dan juga saudara – saudara kandungnya, hanya saja hal tersebut ternyata tidak cukup mampu membantunya dalam menemukan kebahagiaan. Abraham Maslow hidup di tengah – tengah keluarga yang penuh dengan kekerasan dan kurang menyenangkan. Abraham sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara sering kali mendapatkan tekanan dan paksaan untuk melakukan hal – hal yang tidak disukai oleh orang tuanya sendiri.
Kedua orang tua Abraham Maslow sendiri tergolong orang yang tidak berpendidikan serta memiliki kepribadian yang keras terhadap anak – anaknya terutama terhadap Abraham sendiri. Ayahnya merupakan seorang pemabuk, hobi bergonta – ganti wanita dan sering berkelahi.
Tak hanya itu saja, sosok ayah yang seharusnya melindungi sang anak justru kerap kali memperlakukan Abraham Maslow dengan sangat buruk. Sering mengatai anaknya sendiri sebagai seorang anak yang tolol. Tidak jarang juga memaksakan kehendaknya agar Abraham melakukan ini dan itu sesuai dengan kehendaknya tanpa memikirkan apa yang menjadi keinginan anaknya tersebut. Perlakuan ayahnya ini membuatnya memiliki mejtal yang buruk dan menjadi tidak percaya terhadap dirinya sendiri.
Abraham Maslow juga memiliki trauma buruk terhadap ibunya. Sama halnya dengan sang ayah, Abraham menganggap ibunya tak lebih dari seorang wanita yang kejam dan tidak berperasaan. Ibunya sering kali mengunci kulkas dan hanya akan membukanya saat ia membutuhkan sesuatu untuk diambil.
Ibunya juga pernah melempar anak kucing kemudian membenturkan kepala anak kucing tersebut pada dinding di depan anak sulungnya tersebut hanya karena Abraham Maslow memungut nak kucing tersebut dari jalanan lalu memberikannya susu di rumah. Keegoisan dan sifat kasar sang ibu membuat dirinya enggan bertegur sapa dengan sang ibu.
Abraham Maslow Mendapatkan Perlakuan Diskriminasi
Tak cukup hanya sampai di situ saja, karena dalam lingkungan sekolahnya pun Abraham Maslow juga sering diperlakukan tidak baik. Diskriminasi dan sifat tidak manusiawi kerap ia dapatkan dari teman – teman sekolahnya, bahkan dari gurunya sendiri. Dilempari batu adalah hal yang biasa ia terima setiap hari.
Lingkungan keluarga dan sekolah yang buruk membuat Abraham Maslow tidak mendapatkan cinta dan masa kecil yang layak disebut bahagia. Hal terbaik yang bisa Abraham lakukan adalah menghabiskan waktunya dengan membaca buku di perpustakaan.
Kebencian dan kekecewaan terhadap kedua orang tuanya membuat Abraham Maslow enggan untuk datang ke pemakanan sang ibu. Namun Abraham sempat memiliki hubungan yang lebih baik dengan ayahnya saat ayahnya sudah memasuki masa tuanya.
Masa – masa Pendidikan Abraham Maslow
Abraham Maslow memang memiliki momen buruk dengan masa sekolah semasa kecil dulu dimana diskriminasi sangat ia rasakan. Dimana tempat yang seharusnya membuatnya tenang dalam menuntut ilmu justru menjadi sebuah tempat yang memperlakukannya seperti alien yang aneh dan melemparinya batu layaknya seorang pencuri yang tertangkap.
Namun nyatanya pengalaman buruk tersebut tak menghalangi Abraham Maslow untuk menuntut ilmu. Saat memasuki SMA terbaik di Brooklyn yaitu Boys High School. Disekolah Abraham aktif di berbagai kegiatan dan komunitas serta menjadi editor di majalah sekolahnya.
Setelah lulus dari SMA Maslow melanjutkan kuliah di City College Of New York mengambil jurusan hukum, namun pada akhirnya mengundurkan diri karena merasa tidak sesuai dengan passionnya. Kemudian berpindah lagi ke universitas lain yaitu Cornell namun lagi – lagi tidak lanjut karena merasa biaya sekolah di kampus tersebut terlalu mahal untuknya.
Akhirnya Abraham Maslow kembali lagi ke City Collage Of New York sampai lulus kemudian melanjutkan kuliah lagi untuk jurusan psikologi di University Of Wisconsin. Pada saat menekuni pendidikan psikologi inilah hidupnya menjadi lebih baik. Ia berhasil merampungkan tesisnya dengan baik bahkan profesor yang menjadi pembimbing tesisnya inilah yang menyarankan agar tesis miliknya tersebut diterbitkan dalam bentuk jurnal.
Perjalanan Karir
Berkat masa lalu khususnya masa kecil yang buruk dan membuat Abraham Maslow memiliki self image yang buruk dan merasa tidak percaya dengan lingkungan tempat ia tinggal, justru mengantarkan kariernya menjadi semakin cemerlang. Berawal dari dirinya yang menekuni pendidikan psikologi justru mengantarkannya menjadi seorang pengajar di salah satu perguruan tinggi di Brooklyn yaitu Brooklyn Collage.
Selama menjadi seorang pengajar, Maslow sering kali mengamati dan mencatat perilaku dan sifat – sifat dari orang yang ia anggap menginspirasi dirinya kemudian mulai bermunculanlah ide – ide untuk menciptakan teori – teori psikologi yang kini dikenal oleh dunia. Teori – teori ciptaan Abraham Maslow ini dikenal dengan sebutan Hirarki Maslow.
Maslow sering kali melakukan berbagai penelitian di berbagai tempat untuk melengkapi keingintahuannya akan dunia psikologi sampai akhirnya ia bertemu dengan tokoh – tokoh psikologi populer seperti Alfred Adler. Berkat ketekunannya mempelajari dunia psikologi inilah membuat Maslow menjadi salah satu sosok yang diperhitungkan dalam dunia psikologi itu sendiri.
Akhir Hayat Abraham Maslow
Sebagian besar hidup Maslow memang dihabiskan untuk mendalami dunia psikologi. Masa kecilnya yang penuh dengan tekanan dan kekerasan membuat dirinya tergerak untuk membantu dunia psikologi agar mampu dalam memahami sifat dan karakter manusia.
Selain sibuk dengan berbagai penelitiannya, Maslow juga tidak mengabaikan kehidupan nyatanya. Ia menikah dengan seorang wanita bernama Bertha yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Mereka hidup bersama dengan bahagia hingga dikaruniai dua orang anak dari pernikahan tersebut.
Maslow menikmati masa tuanya dengan menulis dan hidup bersama keluar kecilnya. Pada tahun 1967, Abraham mengalami serangan jantung dan akhirnya memutuskan pindah ke kota beriklim lebih hangat yaitu San Francisco. Meskipun dalam keadaan sakit, namun semangatnya dalam menulis, mengajar ilmu psikologi serta sharing tentang dunia psikologi ini tak pernah surut.
Mautlah yang akhirnya menghentikan semangatnya yaitu pada tanggal 8 Juni 1970 Abraham Maslow meninggal dunia saat sedang melakukan jogging di salah satu park di California.
Daftar pustaka:
Maulanski. 2018. Kepoin Psikologi. Jakarta. Psikologihore.com