Apa itu Sinestesia | Di Balik Keindahan Sensor Tubuh
Apa itu sinestesia ? Kita semua tahu bahwa manusia di beri bekal berupa lima buah sensor. Atau yang lebih kita sebut sebagai 5 indera. Mereka merupakan sebuah tool (baca. Alat) untuk memahami dan mengambil informasi dari dunia luar tubuh kita. Dan setiap sesnor-sensor itu memiliki atribut pendefinisian yang berbeda-beda.
“Kok bahasanya mulai ribet ya?”
“Oke sory, baiklah akan kujelaskan bagi yang belum mengerti, tapi bagi yang sudah ngeh bisa di skip kok, penjelasanku berikut => Maksudnya adalah, kan sensor tadi berguna untuk mengambil informasi dari luar tubuh kita. Contohnya mata, dia mengambil informasi berupa gambar. Setelah dia melihat gambaran luar maka dia mendefinisikan, awan itu warnanya putih. Jadi atributnya yang terdapat pada kalimat sebelumnya adalah jenis benda dan warna. Jenis benda = awan, warna = putih. Jadi itu hasil pendefinisian dari data yang diperoleh dari mata. ( ini panjang amat yak? Hanya untuk menjelaskan ‘atribut pendefinisian’ saja). Oke jadi sudah ngeh kan? Lanjut”
“Lantas apa hubungannya dengan sinestesia?”
“Ya karena emang berhubungan, makanya tunggu dulu jangan asal potong!”
Kenapa saya membahas sensor? Karena sinestesia merupakan ( entah disini saya mau ngomong gangguan ataupun kelebihan ) atribut sensor yang tercampur/ tertukar satu sama lain. Sebelum saya jelaskan lebih lanjut silahkan baca pengertian dari kamus-kamus di bawah ini.
Baca Juga: Erotomania
Apa itu Sinestesia – Pengertiannya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) :
Sinestesia /si-nes-te-sia/ Metafora berupa ungkapan yang bersangkutan dengan indria yang dipakai untuk objek atau konsep tertentu, biasanyan di sangkutkan dengan indria lain, misalnya sayur itu pedas untuk kata-kata sangat pedas.
Dalam bahasa inggris, diterjemahkan oleh thefreedictionary.com, ( Saya beri terjemahan bebas bagi yang kurang paham)
A condition in which one type of stimulation evokes the sensation of another, as when the hearing of a sound produces the visualization of a color. ( suatu kondisi dimana satu tipe rangsangan membangkitkan sensasi ke yang lain, seperti ketika pendengaran dari sebuah suara menimbulkan penglihatan tentang warna)
A sensation felt in one part of the body as a result of stimulus applied to another, as in referred pain. (Sebuah sensasi yang dirasakan di satu bagian tubuh, sebagai hasil dari rangsangan dari bagian lain,)
The description of one kind of sense impression by using words that normally describe another. (Deskripsi dari kesan dari suatu indra dengan menggunakan kata yang normalnya untuk mendeskripsikan indra yang lain)
Kalau kita lihat dari KBBI, menjelaskan bahwa sinestesia bukan suatu kondisi tapi hanya sebuah teknik bahasa metafora, yang menggambarkan suatu sensor dengan atribut sensor lainnya. Contohnya Wah baunya sangat empuk. -_- contoh apaan ini.
Namun jika kita lihat terjemahan dari bahasa inggris, disitu kita dapat lihat bahwa sinestesia adalah suatu gangguan tentang pengindraan kita. Sehingga dia merasakan rangsangan suatu indera yang tidak normal seperti manusia pada umumunya. Contoh, ketika mendengar lagu dia melihat sebuah warna. Dia merasa setiap hari punya warna sendiri-sendiri. Angka memiliki warna masing-masing dan lain sebagainya.
Dari tata bahasanya synesthesia berasal dari bahasa mesir kuno, syn (gabungan) dan aesthesis (persepsi). Jadi bisa disimpulkan sinestesia adalah gabungan persepsi (joined perception).
Bentuk Sinestesia
Sinestesia dapat melibatkan salah satu dari semua indra kita. Bentuk yang paling sering ditemui, huruf dan nomor yang berwarna. Jadi orang yang mengidap ini akan melihat bahwa setiap nomor atau huruf memiliki warna masing-masing. Ada juga pengidap sinestesia mendengar suara ketika mencium bau, yang mencium bau ketika menyentuh sesuatu, atau yang merasakan sesuatu ketika melihat benda-benda tertentu, dan semua kombinasi antar indra bisa terjadi.
Bahkan ada beberapa orang yang mengidap sinestesia yang melibatkan tiga indra sekaligus. Namun ini sangat jarang. Dan jangan berpikir kalau pengidap sinestesia akan mengalami sinestesia pada semua inderanya, karena mereka hanya mengidap salah satu saja. Dan setiap pengidap sinestesia memiliki kecenderungan yang berbeda pula, contohnya orang A melihat kata batu memiliki warna hitam, tapi orang B melihat kata batu memiliki warna hijau.
Diagnosis
walaupun tidak ada cara diagnosis resmi mengenai sinestesia, beberapa petunjuk telah di susun oleh Richard E. Cytowic M.D. Seorang pemimpin penelitian sinestesia. Walaupun tidak semua orang menyetujui standar yang telah di buatnya, tetapi hal itu menjadi point awal untuk diagnosis. Menurut Cytowic ciri-ciri pengidap sinestesia sebagai berikut :
- Involuntary : Dia tidak secara aktif memikirkan mengenai persepsinya, hanya aterjadi begitu saja.
- Projected : Tidak seperti ketika anda diminta untuk membayangkan warna, dia benar-benar melihat sebuah warna muncul.
- Durable dan Generic : Intinya tidak berubah-ubah, jika persepsinya berubah-ubah maka terkesan hanya imajinasinya saja. Sebagai contoh jika dia merasakan rasa coklat jika mendengar lagu A, maka sampai kapan pun ketika mendengar lagu itu akan terasa rasa coklat. Dan harus generic/ umum, contohnya dia melihat warna atau bangun dasar ketika mencium bau tertentu, bukan sesuatu yang komplek seperti ketika mencium sesuatu melihat sebuah ruangan yang berisi orang tertentu dll.
- Memorable : Sering kali, persepsi sekunder dari pengidap lebih gampang teringat daripada persepsi primernya. Sebagai contoh : Seorang pengidap melihat nama “Laura” berwarna merah. Persepsi primernya kan laura, dan hasil sinestesia (persepsi sekundernya) adalah muncul warna merah. Maka akan lebih mudah teringat olehnya bahwa nama gadis itu merah, daripada mengingat “Laura” sendiri.
- Emotional : Persepsi sinestesia bisa jadi menimbulkan reaksi emosional misalnya rasa nyaman.
Siapa Yang Memiliki Sinestesia ?
Terkadang seseorang yang mengidap sinestesia tidak mengetahuinya, karena sejak kecil dia sudah terbiasa dengan hal itu. Sehingga dia beranggapan apa yang dialaminya adalah suatu yang normal. Bahkan bisa jadi dia beranggapan setiap orang juga mengalami hal yang sama dengannya, so it’s normal (btw, mungkin asik ya memiliki sinestesia 😀 karena merasakan dunia dengan cara yang berbeda.)
Siapa yang lebih besar kemungkinan terkena sinestesia ?
- Wanita
- Orang Kidal
- Secara Neurologis Normal, Memiliki IQ normal (mungkin juga diatas rata-rata).
- Keluarga Pengidap, sinestesia dapat menurun bisa jadi karena ada x kromosomnya.
Tidak di pungkiri juga walaupun bukan salah satu dari kriteria diatas, masih ada kemungkinan anda mempunyai sinestesia.
Lantas Apa Sih Penyebabnya ?
Beberapa ilmuan meyakini bahwa sinestesia adalah hasil dari “crossed-wiring” di dalam otak. Mereka membuat hipotesis bahwa di dalam pengidap sinestesia, neuron dan sinapsis yang seharusnya berisi satu buah sistem indra saja malah bertumpukan dengan sistem indra yang lain. Hal ini masih belum jelas kenapa hal ini dapat terjadi tetapi beberapa peneliti meyakini bahwa terhubungnya sistem-sistem indera ini telah ada sejak setiap orang baru lahir, dan hanya kemudian hubungan-hubungan itu baru di olah kembali.
Dalam beberapa studi, bayi merespon kepada rangsangan indera seperti pengidap sinestesia bagi para ilmuan. Hipotesis oleh beberapa ilmuan ini menyatakan bahwa anak kecil memiliki ketertumpukan hubungan itu dan kemudia kehilangan ketika dewasa. Bagi penderita dewasa, ketertumpuakan ini masih bertahan.