Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif

Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif. Apa yang memengaruhi emosi, bagaimana working memori itu bekerja?

Apa yang memengaruhi emosi, bagaimana working memori itu bekerja? Kita akan mengulas satu-satu dimulai dari emosi, motivasi, proses kognitif dan jalinan di antara emosi, motivasi, dan proses kognitif.

Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif
Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif

Emosi

Emosi pada intinya ialah dorongan untuk melakukan tindakan, gagasan saat itu juga untuk menangani permasalahan yang sudah tertancap lewat proses evolusi. Akar kata emosi ialah movere (bahasa latin) yang memiliki arti “gerakkan, bergerak”, ditambahkan awalan “e-” untuk memberikan makna “bergerak menjauh”, menunjukkan jika kecondongan melakukan tindakan sebagai hal mutlak dalam emosi.

Menurut kamus “Oxford English Dictionary” mendefenisikan emosi sebagai “tiap aktivitas atau gejolak pemikiran, hati, gairah, tiap kondisi psikis yang luar biasa atau melimpah-luap”. Pada umumnya, beberapa psikiater memusatkan pendefenisian emosi pada tiga elemen khusus: peralihan fisiologis (peralihan di wajah, otak dan badan), proses kognitif (interpretasi satu kejadian), dan dampak budaya (membuat pengalaman dan gestur emosi). Emosi ialah keadaan stimulan yang mengikutsertakan peralihan dalam tubuh dan muka, pengaktifan dalam otak, penilaian kognitif, hati subyektif, dan kecondongan lakukan satu perlakuan yang dibuat semuanya oleh ketentuan-peraturan yang ada pada sebuah kebudayaan.

Beberapa pakar, menggolongkan di antara emosi primer dan emosi sekunder. Kelompok emosi-emosi primer yang disebut pendorong dasar perilaku. Perilaku diwujudkan dari emosi primer atau sekunder (kombinasi di antara beberapa emosi primer).

Emosi-emosi primer yang berkembang ialah:

  • Kemarahan: brutal, mengamuk, tidak suka, geram besar, kesal, kecewa hati, terusik, rasa pahit (sinestesia), geram, tersinggung, bermusuhan, dan brang kali yang terhebat, tindak kekerasan dan kedengkian patologis.
  • Duka cita: pedih, bersedih, murung, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, patah semangat, ditampik, dan jika jadi patologis, stres berat.
  • Perasaan takut: Kuatir, takut, grogi, cemas, khawatir, hati takut sekali, cemas, siaga, bersedih, tidak tenang, takut, takut sekali, kecut, dan sebagai patologi ialah fobia dan panik.
  • Kepuasan: berbahagia, senang, enteng, senang, ria, suka, terhibur, senang, kepuasan indrawi, kagum, rasa kagum, rasa senang, rasa tercukupi, kegirangan mengagumkan, suka, suka sekali, dan batasan ujungnya mania
  • Cinta: akseptasi, pertemanan, keyakinan, kebaikan hati, rsa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
  • Kaget: kaget, tersigap, kagum, terkesima.
  • Kesal: nista, jijik, benci, tidak suka, tidak sukai, ingin muntah (sinestesia).
  • Malu: rasa salah, malu hati, kecewa hati, sesal, nista, noda, dan hati luluh lantak.

Kegiatan emosi dikuasai oleh kegiatan fisiologis (otak dan alih bentuk hormon). Amigdala sebagai satu sisi kecil dari otak kita yang mempunyai peranan penting dalam emosi, khususnya perasaan takut. Amigdala bekerja menilai info sensorik yang kita terima, dan secara cepat tentukan kebutuhan emosionalnya, dan membuat keputusan untuk dekati atau menjauhi dari satu object atau satu keadaan. Amigdala bekerja mengevalusi bahaya atau teror. Peranan Prefrontal Cortex, ialah memberi respon dan berikan motivasi respon-respon tertentu, atur dan jaga supaya emosi masih tetap imbang (perasan sukai dan tidak suka, menjauh dan merapat dan sebagainya).

Kelenjar yang terkait dengan emosi ialah kelenjar adrenalin yang bakal menghasilkan hormone epinephrine dan norepinephrine. Hormon ini bekerja sebagai tanggapan pada bermacam rintangan di dalam lingkungan. Hormone ini akan dibuat di saat ketawa, geli, geram, takut dan sebagainya.

Motivasi

Motivasi ialah dorongan dari pada diri pribadi (drive) yang membuat seorang lakukan suatu hal.sebuah hal. Motivasi seperti bahan bakar pada mesin, tentukan mesin bergerak atau akan termenung selama-lamanya. Istilah motivasi, seperti kata emosi, datang dari kata latin, yang memiliki arti “bergerak”. Pengetahuan psikologi sudah pasti pelajari motivasi, targetnya ialah pelajari pemicu atau argumen yang membuat kita lakukan apa yang kita kerjakan. Motivasi mengarah pada di proses yang mengakibatkan organisme itu bergerak ke arah satu arah, atau bergerak menjauhi keadaan yang tidak membahagiakan.

Motivasi mempunyai penekanan pada arah (goals). Arah yang sudah kita tentukan dan argumen yang kita punyai untuk memburu arah itu akan memutuskan perolehan (prestasi) yang kita peroleh, walau tidak seluruhnya arah akan membimbing kita pada prestasi yang riil. Arah bisa tingkatkan motivasi jika keadaan berikut:

Arah memiliki sifat detil. Arah yang tidak terang, seperti “lakukan yang terbaik”, bukalah arah yang efisien, arah ini bahkan juga sama dengan tidak mempunyai arah sama sekalipun. Kita perlu lebih detil tentukan arah, terhitung tentukan waktu pembuatan.
Arah harus melawan, tetapi bisa diraih. Kita condong berusaha keras untuk capai arah yang susah tetapi realitas. Makin tinggi dan makin susah satu arah karena itu makin tinggi tingkat motivasi dan performa kita, terkecuali kita pilih satu arah yang tidak mungkin diraih.
Arah kita terbatasi pada memperoleh apa yang kita harapkan, bukanlah apa yang tidak kita harapkan. Arah merapat (approach goal) sebagai penglaman positif yang kita harap langsung, seperti memperoleh nilai yang lebih bagus atau pelajari langkah menyelam dilaut. Arah menghindari (avoidance goal) mengikutsertakan usaha menghindar pengalaman yang tidak membahagiakan, seperti usaha tidak membuat malu diri kita.

Mendefiniskan arah yang kita punyai akan makin dekatkan kita dengan kesuksesan. Tetapi apa yang terjadi jika kita mendapati halangan? Sebagian orang akan berserah saat hadapi kesusahan atau mundur, sedang sebagian orang yang lain malah terpacu saat hadapi rintangan. Sebuah pertanyaan riset: Faktor apa yang bisa meramalkan jika talenta, tekad, dan IQ bisa meramalkan orang terus akan usaha atau akan berserah? Opini biasanya mengatakan jika keberadaan motivasi memiliki sifat dikotomi (seorang mempunyai motivasi atau kebalikannya tidak mempunyai motivasi, tidak ada motivasi antara ke-2 nya). Hal yang lain memengaruhi kemampuan motivasi seorang ialah tipe target yang bakal diupayakan (apa untuk memperlihatkan kekuatan atau untuk memperoleh kepuasan proses dari itu).

Proses Kognitif

Proses kognitif tempatnya benar-benar luas (proses berpikiran, intelegensi, pengetahuan umum dan sebagainya). Di sini kita cuman akan mengulas di antara intelegensi dan emosi. Intelegensi emosional ialah satu kekuatan mengenali emosi yang dirasakan oleh diri kita dan seseorang dengan tepat, kekuatan ekspresikan emosi secara tepat, dan kekuatan atur emosi dalam diri sendiri dan seseorang. Orang yang mempunyai intelegensi emosional (EQ) yang tinggi sanggup memakai emosi mereka untuk tingkatkan motivasi mereka, menstimuli pertimbangan yang inovatif, dan meningkatkan empati pada seseorang. Beberapa orang yang mempunyai intelegensi emosi yang buruk akan alami kesusahan dalam mengenali emosi pada diri sendiri.

Sebagian orang mempunyai argument jika intelegensi emosional bukan kekuatan kognitif yang khusus, tetapi kelompok karakter-karakteristik personalitas, seperti empati dan ekstroversi. Lepas dari pro-kontra yang ada, peningkatan ide intelegensi sebagai suatu hal yang paling bermanfaat untuk kita semua. Peningkatan itu memaksakan kita berpikiran krisis berkenaan arti intelegensi dan memaksakan kita menimbang bermacam tipe “intelegensi” yang menolong kita saat menjalankan kehidupan setiap hari. Pendekatan kognitif menolong penyusuran beragam taktik evaluasi anak-anak yang sanggup secara efisien tingkatkan kekuatan anak saat membaca, menulis, kerjakan tugas rumah dan jalani ujian. Sebagai contoh, anak-anak diajari memakai waktu dengan arif hingga tidak menahan-nahan dan sanggup membandingkan penyiapan untuk ujian opsi double dengan ujian essai. Yang terpenting, beragam pendekatan baru dalam menerangkan intelegensi sudah hapus set psikis yang salah, yang memandang intelegensi yang diukur oleh test IQ salah satu faktor yang tentukan sukses atau tidak seorang dalam hidupnya.

Hubungan Emosi, Motivasi dan ProsesKognitif

Beragam penemuan yang memberikan indikasi ada dampak-pengaruh kondisi emosi seorang pada kegiatan kognisi bisa disaksikan dalam beberapa pendekatan teoritis. Khusus pendekatan arousal, di sini mengulas mengenai emosi, motivasi dan dampaknya pada proses kognitif yang berjalan.

Network Theory (teori jaringan kerja)

Teori ini diperkembangkan oleh Gordon Bower dkk (1980). Teori ini didasari atas anggapan jika emosi-emosi diletakkan sebagai node-node atau beberapa komponen dalam daya ingat semantik. Tiap emosi yang mencolok seperti senang, muram (depresi), atau ketakutan, mempunyai elemen atau unit khusus dalam daya ingat yang terkumpul bersama dengan beberapa emosi lainnya seperti jaringan. Masing-masing unit emosi itu disambungkan oleh asumsi yang memvisualisasikan kejadian-peristiwa yang terjadi saat seorang mengalami emosi itu. Node-node emosi ini bisa diaktifkan kembali oleh beragam stimulan, misalkan simbol-simbol bahasa atau beberapa objek fisik.

Contoh: masa lalu cantik yang sempat dirasakan di saat masih terbilang muda, bisa ditampilkan datang dari daya ingat seorang saat dengarkan beberapa lagu atau masa lalu periode kemarin.

Schema Theory (Tori Skema)

Teori ini berpandangan jika beberapa orang yang mempunyai emosi atau situasi hati tertentu mempunyai satu bungkai kerja yang digeneralisasikan yang disebutkan pola yang sama dengan situasi hati itu . Maka, orang yang alami duka cita akan mempunyai pola bersedih dan memakainya untuk mengordinasikan info.

  • Teori pola secara konseptual nyaris sama dengan teori network, karena ke-2 nya mendasarkan penglihatan pada susunan pengetahuan (knowledge structures) yang berbentuk satu jaringan atau pola dalam sistem kognitif manusia. Ketidaksamaan yang mencolok di antara ke-2 teori ini ialah:
  • Teori network bertumpu pada anggapan jika satu unit emosi bisa diaktifkan datang dari jaringan seorang, sementara teori pola memakai anggapan berbentuk pemerlakukan rangka kerja yang disebutkan pola pada info yang baru atau di setelah itu.
  • Teori network lebih populer dibanding teori pola. Tetapi, saat ini teori pola alami perubahan dan perkembangan, hingga saat ini beberapa pakar psikologi banyak mulai memakai teori pola untuk menerangkan beragam peristiwa kognitif manusia.
  • Resource Allocation or Capasity Mode (Teori Peruntukan Sumber kemampuan)

Teori ini diperkembangkan secara luas oleh Henry Ellis dkk (semenjak tengah tahun 1980-an). Gagasan dasar dari teori ini ialah pemberian porsi kemampuan perhatian pada sesuatu pekerjaan yang pas. Ada dua hal yang penting diperhitungkan:

  • Peran kondisi emosional dalam atur kapasitas jumlah yang ditujukan untuk beberapa pekerjaan kognitif.
  • Keinginan atau tuntutan beberapa tugas tersebut pada pemrosesan kemampuan.

Mode ini diambil dari ide mengenai peruntukan pada beberapa sumber kemampuan yang disebut sisi dari teori kemampuan yang disebut sisi dari teori kemampuan umum untuk menjelaskan peristiwa perhatian (attention). Teori ini beranggapan jika ada kebatasan sumber kemampuan perhatian yang bisa didistribusikan oleh seorang ke tiap pekerjaan yang ditangani.

Teori Arousal

Arousal ialah kondisi emosi seorang yang terkait dengan nafsu, gairah, semangat, terpacu, atau kebangunan . Maka arousal bisa bergerak dari kondisi yang penuh semangat, nafsu, atau kebangunan, sampai pada kondisi kebalikannya yaitu tidak semangat, tidak bernafsu benar-benar, atau malas. Emosi-emosi semacam ini benar-benar memepengaruhi performa seorang menuntaskan beberapa tugas kognitif misalkan ingat, belajar, membuat keputusan dan pecahkan permasalahan.

Yerkes dan Dodson sudah mengetes jalinan di antara arousal dengan performa seorang pada suatu pekerjaan. Ia beranggapan jika:

  • Jalinan di antara tingkat penekanan, semangat, atau kondisi terpacu dengan performa dalam pekerjaan adalahberbentuk kurva “U” kebalik. Performa maksimal bisa terjadi jika semangat (arousal) ada di tingkat yang atau moderat.
  • Tingkat maksimal dari semangat atau nafsu terkait secara kebalik dengan tingkat kesusahan pekerjaan.

Jika seorang ada di tingkat arousal atau semangat yang tinggi sekali, atau kebalikannya benar-benar rendah, dia cendeerung memperlihatkan performa yang kurang efisien. Argumennya ialah:

  • Performa jelek pada semangat tingkat rendah dikarenakan oleh banyak kode yang tidak berkaitan pada pekerjaan di saat itu ada dalam pemikiran seorang.
  • Performa jelek pada semangat tingkat tinggi dikarenakan oleh beberapa kode yang berkaitan dengan pekerjaan di saat itu diacuhkan.

Kognisi manusia tidak selamanya memiliki sifat logis karena mengikutsertakan banyak bias dalam pemahaman dan dalam daya ingat manusia. Kebalikannya, emosi tidak selamanya memiliki sifat logis, emosi bisa menjadikan satu manusia, atur jalannya sebuah jalinan dan berikan motivasi orang di dalam meraih satu target. Tanpa kekuatan rasakan emosi, manusia akan alami kesusahan dalam memutuskan atau dalam berencana periode depannya.

Contoh-contoh dampak emosi dan proses kognitif ialah:

  • Situasi hati dan penyeleksian info

Ide berkenaan dampak situasi hati pada penyeleksian info disebutkan suasana hati conqruence efek. Dampak yang menunjuk pada penemuan jika beberapa orang lebih condong ingat info yang selaras ataukah sama dengan kondisi situasi hati yang dirasakan di saat mereka pelajari satu materi atau mengolah info.

  • Situasi hati dan mengingat lagi

Dampak keterikatan pada situasi hati ada jika materi dalam situasi hati tertentu dikenang kembali secara baik jika seorang dites dalam situasi hati yang sama dengan saat dia pelajari atau terima info itu.

  • Situasi hati dan proses alih bentuk info

Alih bentuk info dikenali sebagai incoding, adalah info diletakkan di dalam gudang daya ingat sesudah info itu diterima lewat alat indera (sensory).

  • Situasi hati dan keakuratan memandang jalinan

Bila pada proses-proses kognisi lainnya orang menyaksikan dampak dari kondisi emosi bersedih seperti stres dan depresi lebih memiliki sifat menghancurkan atau mengusik daripada memberikan keuntungan. Tetapi ini bisa terjadi kebalikannya.

  • Situasi hati dan penggalian info

Ada dua peluang, di mana situasi hati akan memengaruhi proses penggalian info, memberikan keuntungan atau bikin rugi.

  • Situasi hati dan proses usaha

Dampak ini benar-benar tergantung pada tipe pekerjaan yang dikasih ke seorang.

  • Kekhawatiran dan performa

Banyak riset memperlihatkan jika kekhawatiran mempunyai dampak negatif yang berkibat turunkan dampak negatif yang berpengaruh turunkan kemampuan kognitif seorang dalam kerjakan beberapa tugas yang lebih sulit atau konplek.

  • Emosi dan kesaksian

Banyak ditemui jika, kondisi depresi atau kuatir bisa mengakibatkan daya ingat seorang terusik. Depresi berat bisa kurangi keakuratan pemberian kesaksian dengan seorang saksi mata saat ada di ruangan pengadilan.

  • Situasi hati dan atribusi

Susana hati yang bagus atau jelek bisa mengakibatkan kesuksesan atau ketidakberhasilan dari performa. Hasil dari riset riset memperlihatkan jika situasi hati memiliki dampak yang memiliki sifat moderat pada atribusi yang sudah dilakukan seorang.

  • Situasi hati dan perpecahan permasalahan secara inovatif

Pada umumnya bisa disebutkan jika situasi hti positif lebih tingkatkan sikap inovatif dibanding situasi hati yang netral, sedang situasi hati yang negatif condong turunkan sikap inovatif.

  • Situasi hati dan pembikinan keputusan

Proses pembikinan keputusan bisa dipeengaruhioleh factor afeksi. Factor afeksi yang kerap jadi faktor riset ialah situasi hati (mood), misalkan bersedih, geram atau kuatir atau kebalikannya berbahagia atau suka.

Daftar Pustaka Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif

  • Suharnan, MS. 2005. Psikologi  Kognitif. Surabaya: Srikandi
  • Sternberg, Robrt J. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Peelajar
  • Chaplin J.P. 1981. Kamus Lengkap PSIKOLOGI. Terjemah. Jakarta: Rajawali Press.
  • Goleman, Daniel. 2009. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  • Carole Wide & Carole Tavris. 2007. Psikologi Umum. Edisi Kesembilan. Jilid 1 & 2. Jakarta: Erlangga
LihatTutupKomentar